KEGIATAN ABDIMAS LPPM UNTAG 1945 SAMARINDA

 

 Cara Unik Rutan Sempaja Sosialisasikan Hukum dengan Wayang KulitBukan Hanya Kunjungan, Warga Binaan Butuh Dimanusiakan Pagi kemarin (23/12), Rumah Tahanan (Rutan) Klas II A Sempaja, Samarinda, terasa berbeda. Keheningan yang biasa menyelimuti,  berubah meriah dengan suara gamelan. Rupanya, di sana ada pagelaran wayang kulit demi menyampaikan misi khusus.  
ACARA itu merupakan garapan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum dan HAM)  Kaltim, Rutan Klas II A Sempaja serta Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas 17 Agustus (Untag) Samarinda.  Selain menghibur, wayang kulit itu juga menjadi cara sosialisasi

 

hukum kepada warga binaan.

Yang menjadi dalang adalah Prof DR FL Sudiran M Si, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Untag. Cerita yang dibawakan adalah Anoman Duto.  “Di situ menceritakan seorang raksasa yang ingin menyunting Sinta, padahal sudah jadi istri Rama,” ujarnya. Dalam cerita yang disampaikan dengan bahasa Jawa dan Indonesia itu, kata Sudiran, Sinta digoda raksasa dengan kijang kenca

 

na agar bisa diculik. Sudiran menambahkan, makna dari cerita itu adalah kejahatan selalu mencari kelemahan pihak yang baik agar masuk ke dalam lingkaran kejahatan.

 

 

“Mungkin sama halnya dengan para binaan. Mereka awalnya orang baik, namun tergoda melakukan perbuatan jahat,” tutur Sudiran. Pada sesi kedua, lelaki yang terjun ke dunia dalang sejak lulus SMA itu, memainkan wayang dengan tema moralitas. Dosen Hukum Investasi Untag itu juga memasukkan undang-undang dan pasal dalam ceritanya. Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkum dan HAM Kaltim, Darmadji mengatakan menyambut baik sosialisasi akademisi yang dikemas dengan pertunjukan wayang kulit. “Mereka (warga binaan) butuh dimanusiakan,” ujarnya. Acara tersebut selain mendapat hiburan, warga binaan juga dapat mengetahui aturan hukum dengan cara yang ringan. “Jadi tidak menggurui,” tambahnya.

 

Darmadji yakin, penyuluhan hukum dalam bentuk ini merupakan yang pertama di Indonesia. Dia berharap, ada acara serupa yang membuat warga binaan merasa menjadi manusia. “Bisa dengan acara yang dikemas lewat pertandingan olahraga,” ujar Darmadji. Dia mengatakan, selama ini banyak yang melakukan kunjungan dengan dalih memberikan bantuan. “Mohon maaf saja, kalau seperti itu kemasannya, warga binaan malah seperti penghuni kebun binatang (melakukan kunjungan dan hanya melihat-lihat situasi),” ucap pria berkacamata ini. (*/fch/ica/k8)